1. Unta Nabi Saleh
Mereka
menambah lagi, “Cuba kamu keluarkan seekor unta dari batu besar itu,” kata
mereka sambil menunjuk ke arah sebuah batu besar sambil tersenyum sinis. Mereka
juga telah menerangkan sifat-sifat unta yang dikehendaki.
Kaum
Tsamud cukup yakin bahawa Nabi Saleh tidak mampu memenuhi permintaan mereka
itu. Sebaliknya Nabi Saleh menjawab dengan tenang.
“Baiklah,
sekiranya aku dapat memenuhi permintaan kamu itu, adakah kamu akan beriman
kepada Allah dan menerima ajaranku? Adakah kamu akan mengaku bahawa aku adalah
utusan Allah?”
“Baiklah,
kami akan beriman kepada Allah dan akan menerima segala ajaran kamu,” jawab
mereka.
Setelah
satu persetujuan dimeterai, maka Nabi Saleh telah menunaikan solat. Baginda
memohon kepada Allah agar mengkabulkan permintaannya seperti yang dituntut oleh
kaum Tsamud. Baginda juga berdoa semoga kaum itu akan kembali ke jalan yang
benar selepas melihat bukti tersebut.
Allah
Maha Berkuasa. Dengan sekelip mata sahaja Allah telah mengkabulkan doa Nabi
Saleh. Batu besar tadi telah merekah dan terbelah. Lalu keluarlah seekor unta
betina yang besar. Unta itu mempunyai semua sifat yang disebutkan oleh kaum
Tsamud.
Maka,
tercenganglah semua kaum Tsamud yang melihat kejadian itu. Sebahagian daripada
mereka mula mengakui kenabian Nabi Saleh. Salah seorang daripada mereka ialah
seorang pemimpin kaum Tsamud yang bernama Junda bin Amru. Akan tetapi,
sebahagian yang lain masih enggan beriman. Mereka tetap degil dan sombong.
2. Anak Sapi Nabi Ibrahim
“Sudahkah
sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (yaitu
malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya
lalu mengucapkan: “Salaama”. Ibrahim menjawab: “Salaamun (kamu) adalah
orang-orang yang tidak dikenal.”
Maka
dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak
sapi gemuk. Lalu dihidangkannya kepada mereka.
Ibrahim
lalu berkata: “Silakan anda makan.” (Tetapi mereka tidak mau makan), kerana itu
Ibrahim merasa takut terhadap mereka.
Mereka
berkata: “Janganlah kamu takut”, dan mereka memberi kabar gembira kepadanya
dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak).” (QS. Adz Dzariyat: 24-30)
3. Kambing Gibas Nabi Ismail
Nabi
Ibrahim yang dikatakan memiliki kekuatan 40 kali manusia biasa, dengan pisau
yang tajam, maka menyembelih anaknya (Ismail) dan Allah melihat kepatuhan
Ibrahim, maka Allah mengirimkan malaikat Jibril untuk menggantikan posisi
Ismail dengan kambing gibasy yang gemuk, dengan sekejab saja, ternyata yang
putus kepalanya adalah kepala kambing gibasy itu dan Ismailpun diselamatkan
oleh Malaikat Jibril atas perintah Allah SWT. Allahu Akbar, Allahu Akbar,
Allahu Akbar, Wa Lillaahi Hamd. Dari peristiwa itu telah menjadi syari’at ummat
Nabi Muhammad Shallallahu `Alaihi Wassalam untuk melaksanakan ibadah qurban.
4. Sapi Nabi Musa
Tatkala
Nabi Musa menyampaikan cara yg diwahyukan oleh Allah itu kepada kaumnya ia
ditertawakan dan diejek kerana akal mereka tidak dapat menerima bahawa hal yang
sedemikian itu boleh terjadi. Mereka lupa bahawa Allah telah berkali-kali
menunjukkan kekuasaan-Nya melalui mukjizat yg diberikan kapada Musa yang kadang
kala bahkan lebih hebat dan lebih sukar untuk diterima oleh akal manusia
berbanding mukjizat yang mereka hadapi dalam peristiwa pembunuhan pewaris itu.
Berkata
mereka kapada Musa secara mengejek: “Apakah dgn cara yang engkau usulkan itu,
engkau bermaksud hendak menjadikan kami bahan ejekan dan tertawaan orang? Akan
tetapi kalau memang cara yg engkau usulkan itu adalah wahyu, maka cubalah tanya
kapada Tuhanmu, sapi betina atau jantankah yang harus kami sembelih? Dan apakah
sifat-sifatnya serta warna kulitnya agar kami tidak dapat salah memilih sapi yg
harus kami sembelih?”
Musa
menjawab: “Menurut petunjuk Allah, yang harus disembelih itu ialah sapi betina
berwarna kuning tua, belum pernah dipakai untuk membajak tanah atau mengairi
tanaman tidak cacat dan tidak pula ada belangnya.”
Kemudian
dikirimkanlah orang ke pelosok desa dan kampung-kampung mencari sapi yang
dimaksudkan itu yang akhirnya diketemukannya pada seoanrg anak yatim piatu yang
memiliki sapi itu sebagai satu-satunya harta peninggalan ayahnya serta menjadi
satu-satunya sumber nafkah hidupnya. Ayah anak yatim itu adalah seorang fakir
miskin yang soleh, ahli ibadah yang tekun yang pada saat mendekati waktu
wafatnya, berdoalah kepada Allah memohon perlindungan bagi putera tunggalnya
yang tidak dapat meninggalkan warisan apa-apa baginya selain seekor sapi itu.
Maka berkat doa ayah yang soleh itu terjuallah sapi si anak yatim itu dengan
harga yang berlipat ganda kerana memenuhi syarat dan sifat-sifat yg
diisyaratkan oleh Musa untuk disembelih.
Setelah
disembelih sapi yang dibeli dari anak yatim itu, diambillah lidahnya oleh Nabi
Musa, lalu dipukulkannya pada tubuh mayat, yang seketika bangunlah ia hidup
kembali dengan izin Allah, menceritakan kepada Nabi Musa dan para pengikutnya
bagaimana ia telah dibunuh oleh saudara-saudara sepupunya sendiri.
Demikianlah
mukjizat Allah yang kesekian kalinya diperlihatkan kepada Bani Israil yang
keras kepala dan keras hati itu namun belum juga dapat menghilangkan
sifat-sifat congkak dan membangkang mereka atau mengikis-habis bibit-bibit
syirik dan kufur yang masih melekat pada dada dan hati mereka.
5. Ikan Yang Memakan Nabi Yunus
Kemudian
Nabi Yunus AS menaiki kapal yang dipenuhi penumpang dan muatan. Ketika mereka
berada di tengah-tengah lautan maka kepal itu miring dan hampir tenggelam,
dimana mereka harus mengambil salah satu keputusan antara mereka tetap berada
di kapal semuanya dengan risiko mengalami kebinasaan; atau membuang sebagian
dari mereka agar kapal itu menjadi ringan dan menyelamatkan sisanya.
Akhirnya
mereka memilih jalan yang terakhir setelah menemui kesepakatan di antara
mereka. Kemudian mereka melakukan pengundian dan sejumlah penumpang terkena
undian tersebut termasuk di dalamnya Nabi Yunus AS, sebagaimana Allah Ta’ala
berfirman, “. kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah
untuk undian.” (Ash-Shaffat: 141).
Yakni
ia termasuk dari orang-orang yang kalah dalam undian tersebut. Kemudian mereka
pun melemparkannya ke laut, serta seekor ikan besar menelannya, akan tetapi
tidak sampai mematahkan tulangnya dan merobek dagingnya.
Ketika
Nabi Yunus AS berada di dalam perut ikan, maka dalam keadaan gelap (dalam perut
ikan) ia berseru, “Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha
Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zhalim.”
(Al-Anbiya’: 87). Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada ikan itu supaya
memuntahkan Nabi Yunus AS di daerah yang tandus.
Nabi
Yunus AS keluar dari perut ikan tersebut bagaikan anak burung yang baru keluar
dari telur (baru menetas) kerana keadaannya yang lemah. Kemudian Allah Ta’ala
mengasihinya dan menumbuhkan sebuah pohon dari jenis pohon labu baginya, dimana
pohon itu meneduhinya, sehingga ia kuat kembali.
Kemudian
Allah SWT memerintahkan Nabi Yunus AS supaya kembali ke kaumnya, agar ia
mengajari dan menyeru mereka, dan penduduk negeri itu memenuhi seruannya
sebanyak seratus ribu orang atau lebih, dimana mereka beriman, sehingga Kami
karuniakan kepada mereka kenikmatan hidup sehingga batas waktu tertentu.
6. Khimar Nabi Uzair
Uzair
bangun dari kematian yang dijalaninya selama seratus tahun. Matanya mulai
memandang apa yang ada di sekelilingnya lalu ia melihat kuburan di sekitarnya.
Ia mengingat-ingat bahawa ia telah tertidur. Ia kembali dari kebunnya ke desa
lalu tertidur di kuburan itu. Inilah peristiwa yang dialaminya. Matahari
bersiap-siap untuk tenggelam sementara ia masih tertidur di waktu Dzuhur. Uzair
berkata dalam dirinya: Aku tertidur cukup lama. Barangkali sejak Dzuhur sampai
Maghrib.
Malaikat
yang diutus oleh Allah s.w.t membangunkannya dan bertanya: “Berapa lama kamu
tinggal di sini?”
Malaikat
bertanya kepadanya: “Berapa jam engkau tidur?”
Uzair
menjawab: “Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari.”
Malaikat
yang mulia itu berkata kepadanya: “Sebenarnya kamu tinggal di sini selama
seratus tahun lamanya. ” Engkau tidur selama seratus tahun. Allah s.w.t
mematikanmu lalu menghidupkanmu agar engkau mengetahui jawapan dari
pertanyaanmu ketika engkau merasa hairan dari kebangkitan yang dialami oleh
orang-orang yang mati.”
Uzair
merasakan kehairanan yang luar biasa sehingga tumbuhlah keimanan pada dirinya
terhadap kekuasaan al-Khaliq (Sang Pencipta).
Malaikat
berkata sambil menunjuk makanan Uzair: “Lihatlah kepada makanan dan minumanmu
yang belum berubah.”
Uzair
melihat buah tin itu lalu ia mendapatinya seperti semula di mana warnanya tidak
berubah dan rasanya pun tidak berubah. Telah berlalu seratus tahun tetapi
bagaimana mungkin makanan itu tidak berubah? Lalu Uzair melihat piring yang di
situ ia memeras buah anggur dan meletakkan di dalamnya roti yang kering, dan ia
mendapatinya seperti semula di mana minuman anggur itu masih layak untuk
diminum dan roti pun masih tampak seperti semula, di mana kerasnya dan keringnya
roti itu dapat dihilangkan ketika dicampur dengan perasan anggur.
Uzair
merasakan kehairanan yang luar biasa, bagaimana mungkin seratus tahun terjadi
sementara perasan anggur itu tetap seperti semula dan tidak berubah. Malaikat
merasa bahawa seakan-akan Uzair masih belum percaya atas apa yang dikatakannya.
Kerana itu, malaikat menunjuk keldainya sambil berkata: “Dan lihatlah kepada
keledaimu itu (yang telah menjadi tulang- belulang).”
Uzair
pun melihat ke keldainya tetapi ia tidak mendapati kecuali ia tanah dari
tulang-tulang keldainya. Malaikat berkata kepadanya: “Apakah engkau ingin
melihat bagaimana Allah s.w.t membangkitkan orang-orang yang mati? Lihatlah ke
tanah yang di situ terletak keledaimu.”
Kemudian
malaikat memanggil tulang-tulang keldai itu lalu atom-atom tanah itu memenuhi
panggilan malaikat sehingga ia mulai berkumpul dan bergerak dari setiap arah
lalu terbentuklah tulang-tulang. Malaikat memerintahkan otot-otot saraf daging
untuk bersatu sehingga daging melekat pada tulang-tulang keldai. Sementara itu,
Uzair memperhatikan semua proses itu. Akhirnya, terbentuklah tulang dan tumbuh
di atasnya kulit dan rambut.
Alhasil,
keldai itu kembali seperti semula setelah menjalani kematian. Malaikat
memerintahkan agar roh keldai itu kembali kepadanya dan keldai pun bangkit dan
berdiri. Ia mulai mengangkat ekornya dan bersuara. Uzair menyaksikan
tanda-tanda kebesaran Allah s.w.t tersebut terjadi di depannya. Ia melihat
bagaimana mukjizat Allah s.w.t yang berupa kebangkitan orang-orang yang mati
setelah mereka menjadi tulang belulang dan tanah. Setelah melihat mukjizat yang
terjadi di depannya, Uzair berkata: “Saya yakin bahawa Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu. “
Uzair
bangkit dan menunggangi keldainya menuju desanya. Allah s.w.t berkehendak untuk
menjadikan Uzair sebagai tanda-tanda kebesaran-Nya kepada masyarakat dan
mukjizat yang hidup yang menjadi saksi atas kebenaran kebangkitan dan hari
kiamat. Uzair memasuki desanya pada waktu Maghrib. Ia tidak percaya melihat
perubahan yang terjadi di desanya di mana rumah-rumah dan jalan-jalan sudah
berubah, begitu juga manusia dan anak-anak yang ditemuinya. Tak seorang pun di
situ yang mengenalinya. sebaliknya, ia pun tidak mengenali mereka. Uzair
meninggalkan desanya saat beliau berusia empat puluh tahun dan kembali
kepadanya dan usianya masih empat puluh tahun. Tetapi desanya sudah menjalani
waktu seratus tahun sehingga rumah-rumah telah hancur dan jalan-jalan pun telah
berubah dan wajah-wajah baru menghiasi tempat itu.
7. Semut Nabi Sulaiman
Dan
dihimpunkan untuk Sulaiman tenteranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka
itu diatur dengan tertib (dalam barisan) sehingga apabila mereka sampai di
lembah semut berkatalah seekor semut, “hai semut-semut, masuklah ke dalam
sarang-sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tenteranya, sedangkan
mereka tidak menyadari.”
Maka
Nabi Sulaiman tersenyum dengan tertawa kerana mendengar perkataan semut itu.
Katanya, “Ya Rabbi, limpahkan kepadaku kurnia untuk mensyukuri nikmat-Mu yang
telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku; kurniakan
padaku hingga boleh mengerjakan amal soleh yang Engkau redhai; dan masukkan aku
dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hambaMu yang soleh.” (An-Naml: 16-19)
Menurut
sejumlah riwayat, pernah suatu hari Nabi Sulaiman as bertanya kepada seekor
semut, “Wahai semut! Berapa banyak engkau perolehi rezeki dari Allah dalam
waktu satu tahun?”
“Sebesar
biji gandum,” jawabnya.
Kemudian,
Nabi Sulaiman memberi semut sebiji gandum lalu memeliharanya dalam sebuah
botol. Setelah genap satu tahun, Sulaiman membuka botol untuk melihat nasib si
semut. Namun, didapatinya si semut hanya memakan sebahagian biji gandum itu.
“Mengapa
engkau hanya memakan sebahagian dan tidak menghabiskannya?” tanya Nabi
Sulaiman.
“Dahulu
aku bertawakal dan pasrah diri kepada Allah,” jawab si semut. “Dengan tawakal
kepada-Nya aku yakin bahwa Dia tidak akan melupakanku. Ketika aku berpasrah
kepadamu, aku tidak yakin apakah engkau akan ingat kepadaku pada tahun
berikutnya sehingga boleh memperoleh sebiji gandum lagi atau engkau akan lupa
kepadaku. Kerana itu, aku harus tinggalkan sebahagian sebagai bekal tahun
berikutnya.”.
8. Burung Hud-Hud Nabi Sulaiman
Pada
suatu ketika, Nabi Sulaiman mengumpulkan dan memeriksa seluruh
pengikut-pengikutnya baik dari kalangan manusia, jin dan binatang, termasuk
burung-burung. Berdasarkan pemeriksaannya, Nabi tidak melihat burung hud-hud.
Kerana ketidakhadiran burung hud-hud tersebut, beliau berjanji akan mengazabnya
dengan azab yang keras, atau bahkan menyembelihnya. Ternyata, tidak lama
kemudian, burung hud-hud datang menghadap Nabi Sulaiman. Burung hud-hud
menjelaskan perihal keterlambatannya kerana mencari berita tentang adanya
seorang wanita yang menjadi pemimpin suatu negara dan dianugerahi segala sesuatu
serta mempunyai singgasana yang besar. Atas berita yang dibawa oleh burung
hud-hud tersebut, akhirnya Nabi Sulaiman mengunjungi kerajaan Saba yang
dipimpin oleh Ratu Balqis yang akhirnya masuk Islam dengan dakwah Nabi
Sulaiman. Kisah tersebut diabadikan dalam Qur’an Surat An-Naml ayat 22-23.
Kisah
tersebut menggambarkan burung hud-hud (sebagai anak buah) yang mempunyai
kecerdasan dan kecemerlangan berpikir sehingga pengembaraannya dalam mencari
makanan (nafkah) tidak semata untuk tujuan duniawi melainkan untuk penyebaran
agama. Burung hud-hud, di antara waktunya, memanfaatkan kesempatan mencari
berita dan kabar suatu kaum kerana ia berkeinginan untuk menyampaikan risalah
Islam kepada mereka.
Melalui
presentasi burung hud-hud yang gemilang serta keberanian dalam mengemukakan
uzur (keterlambatan), Nabi Sulaiman dapat mengajak kaum Saba untuk mentauhidkan
Allah.
9. Unta Nabi Muhammad Saw
Ketika
itu kami bersama Nabi besar Muhammad Saw tengah berada dalam sebuah peperangan.
Tiba-tiba datang seekor unta mendekati beliau, lalu untu tersebut berbicara,
“Ya Rasulullah, sesungguhnya si fulan (pemilik unta tersebut) telah
memanfaatkan tenagaku dari semenjak muda hinga usiaku telah tua seperti
sekarang ini. Kini ia malah hendak menyembelihku. Aku berlindung kepadamu dari
keinginan si fulan yang hendak menyembelihku.”
Mendengar
pengaduan sang unta, Rasulullah Saw memanggil sang pemilik unta dan hendak
membeli unta tersebut dari pemiliknya. Orang itu malah memberikan unta tersebut
kepada beliau.. Unta itu pun dibebaskan oleh Nabi Muhammad Saw.
Juga
ketika kami tengah bersama Muhammad Saw, tiba-tiba datang seorang Arab
pedalaman sambil menuntun untanya. Arab baduy tersebut meminta perlindungan
kerana tangannya hendak dipotong, akibat kesaksian palsu beberapa orang yang
berkata bohong. Kemudian unta itu berbicara dengan Nabi kami Muhammad Saw,
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang ini tidak bersalah. Para saksi inilah
yang telah memberikan pengakuan palsu kerana mereka telah dipaksa. Sebenarnya
pencuriku adalah seorang Yahudi.”
10. Anjing Ashabul Kahfi
Anjing
tersebut berwarna kuning, di syurga bentuknya berubah menjadi kambing gibas, ia
bernama Qithmir, ada yang mengatakan bernama Tawarum dan ada yang mengatakan
bernama Huban.
“(Sebahagian
dari) mereka akan berkata: “Bilangan Ashabul Kahfi itu tiga orang, yang
keempatnya ialah anjing mereka”; dan setengahnya pula berkata bilangan mereka
lima orang, yang keenamnya ialah anjing mereka”, secara meraba-raba dalam gelap
akan sesuatu yang tidak diketahui; dan setengahnya yang lain berkata: “Bilangan
mereka tujuh orang dan kelapannya ialah anjing mereka”.
“Katakanlah
(wahai Muhammad): “Tuhanku lebih mengetahui akan bilangan mereka, tiada yang
mengetahui bilangannya melainkan sedikit”. Oleh itu janganlah engkau berbahas
dengan sesiapapun mengenai mereka melainkan dengan bahasan (secara sederhana)
yang nyata (keterangannya di dalam al-Quran), dan janganlah engkau meminta
penjelasan mengenai hal mereka kepada seseorang pun dari golongan (yang
membincangkannya)”
sumber
: http://mselim3.blogspot.com
Tiada ulasan:
Catat Ulasan